Pemanasan Global Mengancam Terumbu Karang






Mungkin saja kita bisa bertahan satu hari tanpa air, tapi satu hari tanpa udara?? Ya, kita semua sudah tau pasti apa jawabanya kan.

Atmosfer  begitu penting peranannya dalam kehidupan mahluk yang ada di bumi ini. Bagaimana tidak karena udara yang kita hirup sehari-hari ini terdapat di atmosfer. Atmosfer juga berfungsi sebagai payung atau pelindung kehidupan di bumi dari radiasi matahari yang kuat pada siang hari dan mencegah hilangnya panas keruang angkasa pada malam hari. Atmosfer juga merupakan penghambat bagi benda-benda angkasa yang bergerak melaluinya sehingga sebagian meteor yang melalui atmosfer akan menjadi panas dan hancur sebelum mencapai permukaan bumi.

Seiring dengan berjalannya waktu usia bumi semakin tua dan jumlah manusia pun semakin meningkat. Dan emisi karbon yang dihasilkan oleh aktifitas manusia pada saat ini jauh lebih banyak. Akan tetapi upaya yang dilakukan untuk mengurangi emisi karbon kurang begitu seimbang. Dan sudah sejak lama isu tentang  global warming hangat dibicarakan sama halnya dengan cuaca di bumi yang makin memanas akhir-akhir ini, bisa jadi hal ini merupakan salah satu faktor penyebab dari pemanasan global.  

Bila bumi semakin memanas akan ada beberapa dampak negatif yang akan timbul misalnya saja, bila pemanasan ini terus terjadi maka suhu di muka laut akan meningkat dan akan mempengaruhi kehidupan biota yang ada di dalamnya. Khususnya bagi terumbu karang mengapa? Karena bila suhu muka laut terlalu tinggi maka akan terjadinya pemutihan atau yang lebih dikenal dengan pemutihan karang (coral bleaching).  Bila hal ini terjadi maka akan berdampak pula pada hewan yang menetap di sekitar  karang tersebut. pemutihan karang adalah pemutihan (warna menjadi pudar atau berwarna putih salju) terumbu karang karena keluarnya zooxanthellae dan polip karang yang disebabkan faktor-faktor yang menimbulkan stres pada karang, termasuk  perubahan suhu air laut, sinar matahari yang melebihi batas, rendahnya kadar garam dan kadar oksigen, kurangnya cahaya, tingginya tingkat kekeruhan dan sedimentasi, penyakit atau tingginya bahan kimia beracun.

Zooxanthellae adalah alga bersel tunggal yang bersimbiosis dengan karang, berperan memberikan energi dan nutrien bagi inang karang dengan memberikan hingga 95 persen hasil produksi fotosintesisnya dengan memanfaatkan cahaya matahari. Sehingga apabila alga tersebut keluar dari karang maka karang tersebut akan kehilangan energi dan nutrien yang sangat berguna untuk kehidupan karang.

Oleh karena itu, perubahan iklim saat ini dapat menjadi ancaman terbesar satu-satunya untuk terumbu karang di seluruh dunia. Khususnya di Indonesia karena Indonesia merupakan salah satu zona the coral triangle atau kawasan segitiga terumbu karang. Kawasan segitiga itu berada di enam negara, yakni Indonesia, Filipina, Malaysia, Timor Leste, Kepulauan Solomon, dan Papua Nugini. Kawasan laut seluas 75.000 kilometer persegi itu sering disebut sebagai The Amazon of The Seas. Dari ke enam negara yang berada di kawasan segitiga terumbu karang tersebut, jelas laut Indonesia yang mendominasi dibandingkan kelima negara lainnya. Karena lebih dari setengah luas kawasan segitiga itu dimiliki Indonesia. Secara administratif, perairan laut yang berada di kawasan segitiga terumbu karang itu terletak di semua provinsi di Pulau Sulawesi dan Pulau Papua, Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan, Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Maluku, sena Maluku Utara. 


                                                                     the coral triangle






Bayangkan saja bila kawasan segitiga terumbu karang tidak dapat di jaga dengan baik, maka kemungkinan besar beberapa puluh tahun kedepanya kehidupan terumbu karang akan musnah dan kehidupan biota-biota laut pun akan terganggu. Padahal Coral Triangle merupakan rumah bagi 3000 spesies ikan karang dan komoditas perikanan bernilai ekonomi tinggi seperti tuna. Coral Triangle juga merupakan rumah bagi lumba-lumba, paus, hiu, pari, serta 6 dari 7 jenis penyu yang ada di dunia. Akan sangat rugi sekali bila kita khususnya warga Indonesia tidak merawat dan menjaga kekayaan alam laut yang begitu kaya. Ini merupakan anugrah akan tetepi merupakan tanggung jawab besar juga bagi Indonesia untuk merawat dan menjaga kelestarian kawasan segitiga terumbu karang.

Mungkin untuk Saat ini upaya yang paling tepat untuk mengurangi dampak negatif dari pemanasan  global  terhadap  kelangsungan  hidup  terumbu  karang  ialah  dengan melakukan  tindakan-tindakan  preventif  guna  memperkecil  intensitas  terjadinya pemanasan global itu sendiri. ada beberapa hal yang dapat kita lakukan salah satu diantaranya adalah perawatan dan pemanfaatan biota laut. Seperti hal yang sudah kita ketahui bahwa beberapa biota laut seperti ganggang (algae), terumbu karang, padang lamun, spora,  rumput  laut,  hutan  bakau  (mangrove),  dan  plankton  dapat  membantu menurunkan gas rumah kaca. Berdasarkan hasil penelitian, ganggang memiliki kelebihan menyerap karbon, begitu pula dengan terumbu karang maupun plankton.

Ini berarti negara-negara yang memiliki lautan luas, misalnya Indonesia, berpotensi besar dalam upaya mengurangi emisi karbon. Dan tidak kita pungkiri manusia adalah salah satu penyebab terjadinya pemanasan global untuk itu mari kita jaga kelestarian lingkungan mulai dari hal yang terkecil. Pencegahan sekecil apapun akan berdampak besar bagi kehidupan generasi yang akan datang.

Sumber :

Halaman