Resume Faktor pembatas, Evolusi dan Suksesi











FAKTOR  PEMBATAS
Faktor pembatas adalah suatu yang dapat menurunkan tingkat jumlah dan perkembangan suatu ekosistem. Pertumbuhan organisme yang baik dapat tercapai bila faktor lingkungan yang mempengaruhi pertumbuhan berimbang dan menguntungkan. Bila salah satu faktor lingkungan tidak seimbang dengan faktor lingkungan lain, faktor ini dapat menekan atau kadang-kadang menghentikan pertumbuhan organisme. Faktor lingkungan yang paling tidak optimum akan menentukan tingkat produktivitas organisme. Prinsip ini disebut sebagai prinsip faktor pembatas.  Contohnya pada terumbu karang faktor pembatas terumbu karang antara lain :
Arus : mempengaruhi arah dalam pendepositan kapur
      Suhu : terumbu karang tumbuh baik pada suhu optimum 25°C - 29°C
      Salinitas : diatas 30 ‰ dan dibawah 35 ‰
Kedalaman : tidak dapat berkembang lebih dalam dari 50-70 m
Cahaya : mampu membantuk kerangka kapur 2-3 kali lebih cepat di tempat terang
      Sedimen : tidak dapat bertahan hidup apabila tertutup sedimen

EVOLUSI
Evolusi merupakan proses perubahan struktur tubuh makhluk hidup yang berlangsung sangat lambat dan dalam kurun waktu yang sangat lama. Evolusi berjalan terus sepanjang masa. Evolusi menyebabkan keanekaragaman makhluk hidup.

A. Pengertian Evolusi Berdasarkan Ilmu Sejarah
Evolusi adalah perkembangan ekonomi, sosial dan politik tanpa adanya paksaan dari waktu ke waktu secara sedikit demi sedikit dan dalam jangka waktu yang lama.

B. Pengertian Evolusi Menurut Ilmu IPA / Ilmu Pengetahuan Alam
Evolusi adalah perkembangan makhluk hidup dari bentuk yang sederhana ke betuk yang lebih kompleks menuju kesempurnaan secara bertahap dan memakan waktu yang sangat lama. Contoh dari binatang atau hewan kera menjadi manusia, ikan menjadi reptil, dan lain sebagainya.

SUKSESI PRIMER DAN SEKUNDER
           Komunitas yang terdiri dari berbagai populasi bersifat dinamis dalam interaksinya yang berarti dalam ekosistem mengalami perubahan sepanjang masa. Perkembangan ekosistem menuju kedewasaan dan keseimbangan dikenal sebagai suksesi ekologis atau suksesi.Suksesi terjadi sebagai akibat dari modifikasi lingkungan fisik dalam komunitas atau ekosistem. Proses suksesi berakhir dengan sebuah komunitas atau ekosistem klimaks atau telah tercapai keadaan seimbang (homeostatis). Di alam ini terdapat dua macam suksesi, yaitu suksesi primer dan suksesi sekunder.
1. Suksesi primer
Suksesi primer terjadi bila komunitas asal terganggu. Gangguan ini mengakibatkan hilangnya komunitas asal tersebut secara total sehingga di tempat komunitas asal terbentuk habitat baru. Gangguan ini dapat terjadi secara alami, misalnya tanah longsor, letusan gunung berapi, endapan Lumpur yang baru di muara sungai, dan endapan pasir di pantai. Gangguan dapat pula karena perbuatan manusia misalnya penambangan timah, batubara, dan minyak bumi.
2. Suksesi Sekunder
Suksesi sekunder terjadi bila suatu komunitas mengalami gangguan, balk secara alami maupun buatan. Gangguan tersebut tidak merusak total tempat tumbuh organisme sehingga dalam komunitas tersebut substrat lama dan kehidupan masih ada. Contohnya, gangguan alami misalnya banjir, gelombang taut, kebakaran, angin kencang, dan gangguan buatan seperti penebangan hutan dan pembakaran padang rumput dengan sengaja. Contoh komunitas yang menimbulkan suksesi di Indonesia antara lain tegalan-tegalan, padang alang-alang, belukar bekas ladang, dan kebun karet yang ditinggalkan tak terurus.

materi mengenai energi, habitat, adaptasi dan relung dapat di baca di blog partner saya :

SUMBER :


Pemanasan Global Mengancam Terumbu Karang






Mungkin saja kita bisa bertahan satu hari tanpa air, tapi satu hari tanpa udara?? Ya, kita semua sudah tau pasti apa jawabanya kan.

Atmosfer  begitu penting peranannya dalam kehidupan mahluk yang ada di bumi ini. Bagaimana tidak karena udara yang kita hirup sehari-hari ini terdapat di atmosfer. Atmosfer juga berfungsi sebagai payung atau pelindung kehidupan di bumi dari radiasi matahari yang kuat pada siang hari dan mencegah hilangnya panas keruang angkasa pada malam hari. Atmosfer juga merupakan penghambat bagi benda-benda angkasa yang bergerak melaluinya sehingga sebagian meteor yang melalui atmosfer akan menjadi panas dan hancur sebelum mencapai permukaan bumi.

Seiring dengan berjalannya waktu usia bumi semakin tua dan jumlah manusia pun semakin meningkat. Dan emisi karbon yang dihasilkan oleh aktifitas manusia pada saat ini jauh lebih banyak. Akan tetapi upaya yang dilakukan untuk mengurangi emisi karbon kurang begitu seimbang. Dan sudah sejak lama isu tentang  global warming hangat dibicarakan sama halnya dengan cuaca di bumi yang makin memanas akhir-akhir ini, bisa jadi hal ini merupakan salah satu faktor penyebab dari pemanasan global.  

Bila bumi semakin memanas akan ada beberapa dampak negatif yang akan timbul misalnya saja, bila pemanasan ini terus terjadi maka suhu di muka laut akan meningkat dan akan mempengaruhi kehidupan biota yang ada di dalamnya. Khususnya bagi terumbu karang mengapa? Karena bila suhu muka laut terlalu tinggi maka akan terjadinya pemutihan atau yang lebih dikenal dengan pemutihan karang (coral bleaching).  Bila hal ini terjadi maka akan berdampak pula pada hewan yang menetap di sekitar  karang tersebut. pemutihan karang adalah pemutihan (warna menjadi pudar atau berwarna putih salju) terumbu karang karena keluarnya zooxanthellae dan polip karang yang disebabkan faktor-faktor yang menimbulkan stres pada karang, termasuk  perubahan suhu air laut, sinar matahari yang melebihi batas, rendahnya kadar garam dan kadar oksigen, kurangnya cahaya, tingginya tingkat kekeruhan dan sedimentasi, penyakit atau tingginya bahan kimia beracun.

Zooxanthellae adalah alga bersel tunggal yang bersimbiosis dengan karang, berperan memberikan energi dan nutrien bagi inang karang dengan memberikan hingga 95 persen hasil produksi fotosintesisnya dengan memanfaatkan cahaya matahari. Sehingga apabila alga tersebut keluar dari karang maka karang tersebut akan kehilangan energi dan nutrien yang sangat berguna untuk kehidupan karang.

Oleh karena itu, perubahan iklim saat ini dapat menjadi ancaman terbesar satu-satunya untuk terumbu karang di seluruh dunia. Khususnya di Indonesia karena Indonesia merupakan salah satu zona the coral triangle atau kawasan segitiga terumbu karang. Kawasan segitiga itu berada di enam negara, yakni Indonesia, Filipina, Malaysia, Timor Leste, Kepulauan Solomon, dan Papua Nugini. Kawasan laut seluas 75.000 kilometer persegi itu sering disebut sebagai The Amazon of The Seas. Dari ke enam negara yang berada di kawasan segitiga terumbu karang tersebut, jelas laut Indonesia yang mendominasi dibandingkan kelima negara lainnya. Karena lebih dari setengah luas kawasan segitiga itu dimiliki Indonesia. Secara administratif, perairan laut yang berada di kawasan segitiga terumbu karang itu terletak di semua provinsi di Pulau Sulawesi dan Pulau Papua, Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan, Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Maluku, sena Maluku Utara. 


                                                                     the coral triangle






Bayangkan saja bila kawasan segitiga terumbu karang tidak dapat di jaga dengan baik, maka kemungkinan besar beberapa puluh tahun kedepanya kehidupan terumbu karang akan musnah dan kehidupan biota-biota laut pun akan terganggu. Padahal Coral Triangle merupakan rumah bagi 3000 spesies ikan karang dan komoditas perikanan bernilai ekonomi tinggi seperti tuna. Coral Triangle juga merupakan rumah bagi lumba-lumba, paus, hiu, pari, serta 6 dari 7 jenis penyu yang ada di dunia. Akan sangat rugi sekali bila kita khususnya warga Indonesia tidak merawat dan menjaga kekayaan alam laut yang begitu kaya. Ini merupakan anugrah akan tetepi merupakan tanggung jawab besar juga bagi Indonesia untuk merawat dan menjaga kelestarian kawasan segitiga terumbu karang.

Mungkin untuk Saat ini upaya yang paling tepat untuk mengurangi dampak negatif dari pemanasan  global  terhadap  kelangsungan  hidup  terumbu  karang  ialah  dengan melakukan  tindakan-tindakan  preventif  guna  memperkecil  intensitas  terjadinya pemanasan global itu sendiri. ada beberapa hal yang dapat kita lakukan salah satu diantaranya adalah perawatan dan pemanfaatan biota laut. Seperti hal yang sudah kita ketahui bahwa beberapa biota laut seperti ganggang (algae), terumbu karang, padang lamun, spora,  rumput  laut,  hutan  bakau  (mangrove),  dan  plankton  dapat  membantu menurunkan gas rumah kaca. Berdasarkan hasil penelitian, ganggang memiliki kelebihan menyerap karbon, begitu pula dengan terumbu karang maupun plankton.

Ini berarti negara-negara yang memiliki lautan luas, misalnya Indonesia, berpotensi besar dalam upaya mengurangi emisi karbon. Dan tidak kita pungkiri manusia adalah salah satu penyebab terjadinya pemanasan global untuk itu mari kita jaga kelestarian lingkungan mulai dari hal yang terkecil. Pencegahan sekecil apapun akan berdampak besar bagi kehidupan generasi yang akan datang.

Sumber :

Halaman